Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo: “Jangan ragu lagi dengan Pancasila”
Negara Indonesia telah menjamin
bahwa PKI (Partai Komunis Indonesia) adalah organisasi terlarang di seluruh
wilayah kekuasaan negara Republik Indonesia. Hal ini tertuang jelas dalam
Keputusan Presiden Nomor 1/3/1966 perihal pembubaran Partai Komunis Indonesia
(PKI) yang diperkuat dengan Ketetapan MPRS Nomor XXV/1966.
Kini, isu kebangkitan organisasi
terlarang itu kembali santer bergema di Nusantara. Isu yang sebenarnya sudah berhembus sejak masa kampanye
pemilihan Presiden 2014, dimana setelah Joko Widodo terpilih, beredar
desas-desus bahwa Presiden akan meminta maaf kepada keluarga PKI. Bahkan di
berbagai daerah, polisi dan tentara merazia atribut berbau komunis. Razia kian
gencar setelah Lembaga Ketahanan Nasional memfasilitasi simposium yang membahas
sejarah tragedi 1965 dan menggagas rekonsiliasi antar-korban.
Jelang peringatan G30S PKI di
tahun 2017 ini, isu tersebut kembali menimbulkan kegaduhan di tengah masyarakat.
Bahkan berakibat terjadinya
insiden pengrusakan massa pada Senin dinihari 18 September 2017 lalu di kantor
LBH-YLBHI di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat. Pemicunya, adalah isu
yang menyebut adanya acara terkait kebangkitan PKI di dalam gedung tersebut.
Guna menyikapi isu tersebut, pemerintah
dan TNI mewacanakan memutar kembali film Penumpasan Pengkhianatan PKI. Hal ini
dilakukan untuk mengingat kembali sejarah kelam yang pernah dilalui bangsa ini.
Sementara menyikapi rencana pemutaran kembali film
Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI yang diproduksi pada 1984 silam itu, Presiden
Joko Widodo mengusulkan film terkait peristiwa sejarah itu diperbarui agar lebih
mudah dipahami generasi saat ini.
Seperti
diketahui, Film Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI yang dirilis pada 1984 silam
itu disutradarai oleh Arifin C Noer, yang melibatkan lebih dari 10 ribu pemain
dan figuran. Saat orde baru berkuasa, setiap malam 30 September, ada pemutaran
serentak film G 30 S PKI di layar televisi. Pascareformasi 1998 kewajiban
pemutaran film itu dihentikan.
Lalu bagaimana
sikap dan pandangan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo tentang rencana
pemutaran kembali film Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI tersebut, berikut
petikan wawancaranya dengan Karni Ilyas dalam acara Indonesian Lawyers Club, Selasa
(19/09/17) yang dirangkum wartawan Bustara, Edy Usman.
Karni: Anda memerintahkan agar film G30S PKI diputar
ulang dan memerintah jajaran TNI untuk menonton film itu. Apa yang menggerakkan
jenderal untuk memerintah nonton film itu, sementara banyak pihak yang
keberatan film itu diputar ulang, karena menurut mereka itu tidak akurat dan
banyak yang dibelokkan
Panglima: Saya perintahkan prajurit saya nonton itu
urusan saya. Tak ada yang bisa ikut-ikuti urusan saya kepada policy saya dan kewenangan saya, itu yang pertama. Yang kedua, perlu
sama-sama kita ketahui, dan
pertanyaan besar bagi saya, “mengapa sejak tahun 2008 sampai dengan saat ini pelajaran sejarah tentang
pemberontakan G30S PKI di Indonesia tidak diajarkan lagi?”. Bukankah itu ada upaya-upaya penyesatan,
penghapusan dan pembodohan tentang sejarah. Padahal, sejarah sangat berguna dalam
kehidupan manusia. Presiden Soekarno atau presiden pertama pernah mengatakan,
bahwa dengan belajar sejarah kita bisa menemukan hukum-hukum kehidupan manusia. Berdasarkan itu, dengan
menonton film, tujuannya adalah upaya untuk memahami sejarah bangsa dan
mengambil pelajaran dari sejarah tersebut, agar peristiwa yang sangat memilukan,
hitam yang sangat keji dan
merupakan tragedi tidak terulang lagi. Saya mengajak segenap bangsa
terutama generasi muda dengan jernih memahami masa lalu dan sejarah bangsanya. Ketika
ada dari bagian bangsa ini memikiran dan mencoba memaksakan ideologi lain
selain PANCASILA, apapun itu, termasuk komunis, yang terjadi adalah tragedi
yang memilukan. Inilah sebenarnya yang ingin saya sampaikan bersama jajaran TNI
untuk memperkokoh keyakinan, tidak ada ideologi lain yang lebih tepat bagi
bangsa yang sangat majemuk ini, bangsa yang Bhinneka Tunggal Ika, selain
PANCASILA. Jangan ragu lagi dengan PANCASILA. Saya hanya ingin mengingatkan
bahwa bangsa ini pernah mempunyai masa kelam, tragedi yang sangat memilukan itu
jangan sampai terjadi dan meyakinkan bahwa tiada lagi ideologi yang tepat bagi
bangsa yang sangat majemuk ini selain PANCASILA.
Karni: Tapi apakah film tersebut bisa untuk
menunjukkan sejarah yang benar menurut jenderal?
Panglima: Saya yakin, daripada sejak 98 sampai saat ini tidak ada,
film itu yang ada bisa mewakili dan apa yang dikatakan presiden bahwa perlu
dibuat film lagi sesuai zaman ini, itu adalah sesuatu yang sangat bagus, agar
ada daya tarik generasi muda untuk belajar untuk memahami sejarah.
Karni: Tapi banyak pihak yang mengatakan film itu
tidak akurat dan seolah-olah ada pengelabuan sejarah di situ, apa tanggapan
jenderal?
Panglima: “Tanggapan saya ‘EMANG
GUE PIKIRIN BUNG KARNI’. Yang penting saya berbuat yang terbaik untuk
bangsa ini agar paham sejarah dan tidak terulang kembali.
Karni: Menurut jenderal isu
kebangkitan PKI itu sesuai judulnya apakah karena trauma ada hantunya yang
menakuti kita ataukan gerakan itu nyata bahwa mereka mau bangkit kembali? ‘
Panglima: Begini bung
karni saya mengibaratkan seperti
makanan, bisa kita rasakan itu asin tetapi tidak terlihat. Biarlah kami yang
selalu mengamati dan kami tau kapan kami bergerak, karena kami lah yang harus
tau dan kami lah yang menjadi musuhnya, terutama. Kami akan menjaga NKRI ini. Saya
tidak akan buka apa yang kami tau
Karni: Jadi kesimpulannya,
menurut jenderal ancaman itu sangat kentara?
Panglima: Saya tidak mengatakan sangat kentara, tetapi saya
mengingatkan bahwa bangsa ini pernah mengalami tragedi yang luar biasa, kelam
dan itu tidak boleh terjadi di kala bangsa ini sedang bersama-sama membangun
untuk lebih maju lagi dalam kompetisi global. Bagaimana kita bisa jadi bangsa pemenang
kalau kita tidak paham sejarah.
Karni: Tapi bukankah secara
global komunis sudah bubar di berbagai Negara yang justru di tempat selama ini
mereka berkuasa?
Panglima: Saya paham di berbagai dunia sudah bubar. Tetapi komunis
bisa dijadikan senjata, merupakan proxy war yang sering saya dengungkan untuk
merusak persatuan dan kesatuan bangsa ini
Post a Comment